Mengenal lebih jauh kebijakan Belanda melalui pembangunan jalan Anyer-Panarukan memang merupakan sebuah hal yang menarik untuk dipelajari. Jalan ini tidak hanya sekadar menjadi sarana transportasi, tetapi juga memiliki makna sejarah yang mendalam.
Pembangunan jalan Anyer-Panarukan merupakan salah satu upaya Belanda untuk memperluas wilayah kekuasaannya di Nusantara. Menurut sejarawan Indonesia, Prof. Dr. Slamet Muljana, pembangunan jalan ini menjadi simbol dominasi Belanda di Indonesia pada masa itu.
Dalam bukunya yang berjudul “Raffles of Java and the British Colony of Singapore”, Prof. Dr. Emily Hahn juga menyebutkan pentingnya jalan Anyer-Panarukan dalam perjalanan sejarah Indonesia. Menurutnya, jalan ini menjadi jalur utama bagi Belanda untuk mengendalikan perdagangan rempah-rempah di Jawa Timur.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan jalan ini juga menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat pribumi. Banyak yang merasa bahwa pembangunan jalan ini hanya menguntungkan Belanda dan merugikan masyarakat pribumi.
Menurut pakar sejarah transportasi, Dr. Budi Santoso, pembangunan jalan Anyer-Panarukan merupakan contoh nyata bagaimana kebijakan kolonial Belanda mempengaruhi perkembangan infrastruktur di Indonesia. “Jalan ini bukan hanya sebagai sarana transportasi, tetapi juga sebagai alat kontrol sosial bagi Belanda,” ujarnya.
Melalui pembangunan jalan Anyer-Panarukan, kita dapat lebih memahami bagaimana kebijakan Belanda berperan dalam pembentukan sejarah Indonesia. Sejarah tidak hanya tentang tanggal dan peristiwa, tetapi juga tentang kebijakan dan kekuasaan yang melatarbelakanginya.