Pembangunan jalan Anyer-Panarukan memiliki makna yang mendalam dalam sejarah kolonialisme Belanda. Jalan tersebut tidak hanya menjadi sarana transportasi, namun juga menjadi simbol dominasi Belanda di Indonesia pada masa lampau.
Menurut sejarawan Bambang Purwanto, pembangunan jalan Anyer-Panarukan merupakan bagian dari strategi kolonial Belanda untuk memperkuat kontrol mereka atas wilayah Nusantara. “Jalan ini dibangun dengan tujuan untuk memudahkan transportasi dan mempercepat pengumpulan hasil bumi dari Jawa Timur ke Batavia,” ujar Bambang.
Sejarah pembangunan jalan ini juga mencerminkan ketimpangan kekuasaan antara Belanda dan pribumi. Menurut peneliti sejarah, Dr. Soedjatmoko, pembangunan jalan ini dilakukan dengan memanfaatkan tenaga kerja paksa dari penduduk pribumi. “Mereka dipaksa untuk bekerja tanpa upah demi kepentingan kolonial Belanda,” ungkap Soedjatmoko.
Dalam perkembangannya, jalan Anyer-Panarukan menjadi saksi bisu dari perlawanan rakyat terhadap penjajahan Belanda. Sejarahwan M. Taufik Abdullah menegaskan bahwa jalan ini menjadi jalur perjuangan para pahlawan nasional seperti Diponegoro dan Soekarno. “Mereka menggunakan jalan ini sebagai tempat untuk menggalang dukungan dan bergerak melawan penjajah,” kata Taufik.
Meskipun memiliki makna kolonial yang kelam, pembangunan jalan Anyer-Panarukan tetap menjadi bagian penting dalam sejarah Indonesia. Sebagai catatan penting yang harus diingat, jalan ini juga menjadi saksi bisu dari perjuangan dan perlawanan bangsa Indonesia terhadap kolonialisme Belanda.